Pagelaran besar-besaran layanan 3G oleh semua operator membuat saya teringat kembali saat pulkam beberapa bulan lalu.
Libur panjang 20-23 Maret 08 kemarin, sambil bawa mobil sendiri sekalian nge-tes coverage operator 3G di kampung halaman, kota Demak.
Kota Demak berjarak udara 25km dari kota Semarang (di sebelah timurnya), terletak di jalur Pantura buatan Daendels.
Di kota ini, Speedy belum melayani.
Karena gak bisa puasa lama-lama dari GMail, kucoba pakai Huawei E620 (HSDPA PCMCIA) untuk akses internet sekaligus membuktikan seberapa "mobile"-nya para operator 3G kita di kampung.
Pertama-tama, pakai account CBN 3G (via XL), ternyata cuma dapat sinyal 2G (GPRS). Lambat deh. Berarti kalau pake XL aslinya juga sama, GPRS.
Ganti SIM card ke Matrix, koneksi cuma dapat EDGE/GPRS dan banyak bengongnya.
Pakai Telkomsel Flash, lumayan dapet UMTS/3G. Tapi sama, kadang-kadang bengongnya.
Modal terakhir, pakai simcard AXIS. Mumpung masih gratis 100MB per bulan. Masuk ke node B, tapi kok sama ya, bengong juga.
Aneh juga, di kampung yang BTSnya jarang ada yang pake internet, tapi modemnya sering ngelamun.
Mungkin sesuai dengan istilahnya sih, di kampung koneksinya yaaa pake internet kampung, dial-up.
Wireless Broadband Internet ternyata cuma untuk orang-orang kota ya.
Di dalam benak saya, di Jakarta yang sudah terlalu banyak akses broadband (Speedy, Fastnet, dan beberapa layanan FO di wilayah elite, Po-In) masih dijejali dengan akses HSDPA yang ada juga sampai (katanya) HSPA atau HSUPA.
Kapan orang kampungan seperti saya betah di kampung ya? kalau di kampung sendiri susah ngecek email.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar