Senin, 26 Desember 2016

Membandingkan aplikasi VoIP dari Operator Selular

http://www.sanjaya.web.id

Sejak dimulainya perkembangan jaringan 4G di Indonesia, operator telekomunikasi mulai mengembangkan juga aplikasi suara yang bisa dilewatkan LTE atau WiFi.

Pengembangan ini cukup baik, untuk mengantisipasi keterbatasan perangkat (belum tentu dapat coverage LTE atau bisa VoLTE).

Ada beberapa aplikasi dari operator selular yang sudah saya coba, untuk mengantisipasi keterbatasan jaringan mereka.

  1. Obrol : Aplikasi VoIP (Android dan IPhone) dari Indosat ini cukup simpel. Pendaftaran (Identitas) hanya menggunakan nomor Indosat yang sudah aktif/dimiliki.
    Telepon keluar memotong pulsa yang ada (tidak perlu isi sendiri).
    Dengan setting tertentu, telepon masuk ke nomor (yang didaftarkan) akan diterima di aplikasi.
    Ini sangat berguna saat roaming atau berada di tempat yang ada akses internet/wifi bagus tapi tidak ada sinyal Indosat.
    Aplikasi ini bisa diinstall di (hampir semua) handset Android dan iPhone.
    Selain pemotongan pulsa (jika telp bukan sesama Obrol), akan dikenakan biaya (terpisah) penggunaan wifi/data. Sebaiknya cari wifi gratis atau unlimited.
       
  2. Smart VoLTE : Aplikasi VoLTE ini dibuat oleh Smartfren untuk penggunaan uSIM/nomor Smartfren di handset 4G yang belum ada/mampu untuk VoLTE secara native.
    Kebanyakan handset 4G biasa hanya mengalirkan data dan akan otomatis turun ke 3G/2G (GSM) jika ada telepon/SMS.
    Pendaftaran/registrasi aplikasi ini diwajibkan terhubung di jaringan 4G Smartfren, setelah itu bisa komunikasi telepon/sms/video-call di wifi.
    Teorinya, aplikasi ini hanya bisa digunakan di handset 4G (LTE 850 dan 2300).
    Jika handset terhubung di jaringan 4G Smartfren, biaya yang dikenakan hanya biaya komunikasi (telp/sms). Akan ada biaya tambahan (terpisah, masing-masing) jika terhubung melalui wifi/paket data operator lain.
       
  3. EsiaTalk : Pada saat launching (2015), aplikasi EsiaTalk ini memiliki nomor (Esia) sendiri yang bisa dihubungi dan menghubungi telepon lain layaknya telepon biasa. Ada juga yang merupakan migrasi dari nomor Esia CDMA.
    Disediakan untuk iPhone dan Android, kualitas suara EsiaTalk (bisa saya bilang) terbaik saat itu.
    Awalnya aplikasi VoIP ini digadang-gadang untuk menggantikan Esia CDMA yang habis ijin FWAnya.
    Selain pemotongan pulsa (jika telp bukan sesama pengguna aplikasi), akan dikenakan biaya (terpisah) penggunaan wifi/data. Sebaiknya cari wifi gratis atau unlimited.
    Sayangnya, sejak matinya interkoneksi Esia CDMA awal tahun 2016 ini, aplikasi EsiaTalk ikut goyah. Beberapa kali aplikasi ini mati (tidak bisa telepon) selama berminggu-minggu.
    Dalam beberapa bulan terakhir ini, EsiaTalk hanya bisa terima telepon dari sesama EsiaTalk dan telepon keluar dengan CallerID nomor selular yang didaftarkan.
       
  4. SmartCall : Aplikasi VoIP ini bekerjasama dengan Smartfren. User akan mendapat nomor Smartfren (virtual, tanpa fisik kartu) dan wajib isi pulsa ke nomor yang diperoleh supaya dapat berkomunikasi. Nomor ini bisa dihubungi selama handset terhubung internet.
    Selain pemotongan pulsa komunikasi (telp/sms), akan dikenakan biaya (terpisah) penggunaan wifi/data. Sebaiknya cari wifi gratis atau unlimited.
Dari 4 aplikasi di atas, masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya. 
Jika sudah punya nomor Indosat dan tidak ingin repot isi pulsa ke banyak nomor, Obrol bisa diandalkan saat roaming atau tidak dapat sinyal.

Jika sedang di luar negeri (atau tempat tanpa sinyal HP) dan butuh nomor Indonesia yang baru/terpisah untuk dihubungi dari Indonesia, SmartCall bisa jadi pertimbangan. 


Sabtu, 26 November 2016

aplikasi VideoCall

http://www.sanjaya.web.id.

Dimulainya era broadband termasuk mulai luasnya layanan 4G di Indonesia, kini mulai banyak aplikasi VideoCall yang bisa digunakan di ponsel pintar dan komputer.

Adanya VideoCall ini menembus jarak, waktu, dan ruang untuk melakukan komunikasi tatap muka tanpa harus menggunakan kehadiran fisik/badan. Temu kangen dengan keluarga yang terpisah jauh bisa dilakukan setiap saat.

Beberapa ini aplikasi-aplikasi yang bisa digunakan untuk Video Call :

  1. WhatsApp : Baru saja launching layanan tambahan VideoCall-nya. Bisa digunakan untuk panggilan antar smartphone (Android, iPhone, dan Windows Mobile).
    Versi PC/Web-nya hanya bisa untuk mirror chatting yang ada di ponsel.
    Enaknya aplikasi ini adalah Identitas cuma menggunakan nomor ponsel dan verifikasi via SMS.
      
  2. ICQ : Pioneer aplikasi pesan singkat di awal tahun 90an, masih eksis hingga sekarang. Bayangkan pengalamannya dalam perpesanan singkat. Bisa berjalan paralel di ponsel dan PC.
    Untuk videocall (saat 2 perangkat sudah login), memilih antara PC atau smartphone.
    Awalnya, identitas menggunakan UIN (semacam PIN BBM) atau alamat email dan password.
    Kini pendaftaran (baru)-nya cukup sederhana, seperti WhatsApp yaitu nomor ponsel dan verifikasi via SMS.
      
  3. Line : Aplikasi ini cukup populer, termasuk layanan Video Call nya. Dengan banyaknya isi layanan, user yang memakai pun cukup banyak.
      
  4. Skype : Aplikasi ini juga cukup lama beredar, dan kini jadi milik Microsoft. Cukup handal.
       
  5. BBM : Dulu sempat hits di Indonesia, sebagai perangkat (ponsel) khusus Chatting dengan identitas PIN-nya. Sekarang sudah terbuka di OS lain, dan fasilitas berkembang hingga VideoCall.  
Mengenai kualitas videocall dari masing-masing aplikasi di atas, tergantung pada : 
  • Jaringan/bandwidth (3G/4G/WiFi/broadband lain) yang digunakan kedua belah pihak 
  • Kualitas/Spesifikasi gadget yang digunakan kedua belak pihak.
    Jika perangkatnya kurang mumpuni, proses kirim camera+suara dan terima gambar+suara pun akan berbeda dengan perangkat yang lebih baik. 
  • Bandwidth (milik server hingga ke user) dan kualitas layanan dari aplikasi tersebut.
    Jika server layanan terletak di luar negeri yang bandwidthnya kecil untuk sampai ke Indonesia, bisa dibayangkan kualitas koneksinya. 
Jika hanya membutuhkan komunikasi suara (telephony, voice call) yang aman/ter-enkripsi, kenapa tidak menggunakan Signal dari OpenWhispers yang direkomendasi Edward Snowden?