Senin, 25 Juli 2005

Install Ubuntu 6.06 LTS di Compaq Proliant 3000

Ini adalah pengalaman pribadi saya.

Di awal tahun 2007, saya akhirnya bisa langsung fresh install Ubuntu 6.10 Server (Graphics mode) tanpa melalui proses install Ubuntu 5 dulu.

Di Kantor saya, ada PC Server lama, Compaq Proliant 3000, dengan spec Pentium-II/400MHz double processor, memory 256M.

Saat ingin install server ini sebagai Transparent Proxy Server (berarti sekaligus jadi Gateway), ternyata hang saat boot dengan CD Ubuntu 6.06 Dapper. Sepertinya, sang Dapper sudah tidak mengenali hardware lama ini.

Pusing dengan keadaan ini, akhirnya saya memutuskan untuk install Ubuntu 5.10 Breezy, sebagai server.

Setelah terinstall dengan baik, rasa penasaran kembali muncul.

Akhirnya, saya coba dengan Ubuntu 5.10, saya coba execute apt-get dist-upgrade, dengan CD Ubuntu 6.06.

Ternyata, walaupun ada beberapa error saat startup, Proxy Server Squid saya, bisa berjalan di atas Ubuntu 6.06 (text mode, server).

FYI, Compaq Proliant 3000 ini, sudah tidak bisa diinstall graphic mode dengan Ubuntu.

Selasa, 14 Juni 2005

TelkomFlexi, HP nomer lokal pertamaku

Pindahan dari : http://indsan.multiply.com/reviews/item/4

P bernomor lokal? impianku dari tahun 1999. Kok bisa? lha iya, saat itu aku sudah teracuni dengan konsep "mobilitas murah". Sebenarnya, Operator GSM pun bisa pakai nomer lokal, sayangnya mereka gak punya "license" alias ijin.

Pernah dengar C-Phone -nya Telkom Divre 5 (Jatim) ? Telepon ini aku tunggu-tunggu, kapan masuk Jakartanya. Ternyata, setelah "nasionalisasi" c-phone ini, nama pun jadi berubah: TelkomFlexi.
Waktu launching pertama kali, cari handset CDMA itu mahal banget. Udah gitu masih inject ESN. Sebenarnya, inject ESN ini standar international sistem CDMA.
Yang gak standar internasional itu justru pakai kartu alias RUIM.

Menjadi pelanggan generasi pertama (produk apapun) sangat menyenangkan... Salah satunya daku buktikan dengan berlangganan Flexi Jakarta.
Jam istirahat kantor, aku nyeberang ke Mal Ambasador bawa handset buat diinject.
Baru jalan pulang ke Menara Rajawali, pesawat HPku sudah on.
Saat itu belom ada sistem prabayar, alias semua yang daftar itu langganan biasa.
Saat ini, kalau apply PASCABAYAR, harus tunggu survey 2 minggu (minimal) sampai kring nya, itu juga kalau di-ACC. Dulu daku daftar pakai alamat Jakarta, KTP Bogor.
Sampai sekarang, tagihanku (IntagJastel) gak jelas jadinya.

Fasilitas dan Kualitas? di awal-awal launching Flexi, jangan tanya dehhhh... seriuss....
Dulu selama 6bulan lebih, telepon pake Flexi ada feedback (suara dari flexi terdengar kembali setelah 2 detik). Call Waiting, Memo, Divert?? baru ada setelah feedback ilang... Dulu sinyalnya susahhh... sekarang, Flexi terbaik, diantara 3 operator CDMA lainnya.

Yang bikin demen? pulsa persis seperti telepon kantor (itungannya bisnis sih), bisa dibawa keliling Jabotabek (termasuk Bogor lhooo). Dulu waktu masih baru, Flexi-ku bisa dipakai sampai di Purwakarta (masih satu Divre sama Jakarta).

Yang bikin sebel? internetnya diitung berdasarkan volume (per kb). lha yang sering download kayak aku, tekor. Tagihan ku pernah sampai 400ribu gara-gara internet doang!!

Mau tau handset yang aku pake? Nokia 3586 (CDMA angkatan pertama di Indonesia), warnanya 4096 dan polyphonic.

nomor GSM Matrix-ku

Setelah "melepas" Mentari dan IM3ku dan kembali ke proXL aku pindah rumah ke Bogor.
Di Bogor, tidak berapa lama, daku berlangganan harian Metro Bogor. Tergiur oleh iklan di harian tersebut, aku apply langganan Metro Bogor selama 3 bulan untuk mendapatkan Matrix khusus (free abonemen 6 bulan, 18 bulan berikutnya abonemen 25rb).
Sebuah proses aplikasi Matrix yang cepat (apalagi dibandingkan sekarang), isi formulir dan pulang. Sampai di rumah, Matrix sudah hidup. Ternyata ada survey via telp beberapa hari kemudian.
Matrix yang kudapat sudah 64kb, M-BCA ready (for cek saldo doang, gak bisa transfer hehe), International Roaming, dan beberapa fasilitas standar Matrix lainnya.
Ternyata pakai pascabayar pusingnya kalau lagi keluar kota. Terima telepon aja bayar lhoo...
Yang bikin sebel dengan Matrix ini, waktu penggabungan network Satelindo dengan IM3. Waktu anakku lahir (malam hari), HPku gak bisa buat telepon dan kirim SMS !!!!
untungnya aku selalu "membawa bekal" SIM card lain. Copot Matrix dari HP, ganti dengan XL-Bebasku.

Terus terang aja, Matrix yg sekarang ku pakai ini, tidak bikin puas selain nomernya yang dikit (0816-63xxxx, POC Bogor). Kalau saja tidak telanjur dibagikan ke banyak orang, aku udah ganti ke nomor lain.

Inti dari pelajaran ini (hehehe), jangan pernah punya nomer cuma satu ! Belilah sebanyak operator yang ada, kalau bisa beli juga HP sebanyak-banyaknya juga.

Prabayar SIMPATI Nusantara milikku

Pindahan dari : http://indsan.multiply.com/reviews/item/1

Simpati Nusantara (Telkomsel) merupakan Provider GSM pertama yang saya gunakan.
Kartu Prabayar ini impianku dari jaman kuliah dulu. Sebelum muncul sistem prabayar ini, memiliki pesawat telepon genggam masih jauh dari bayangan angan-angan.
Saya gunakan Simpati Nusantara (POC Jakarta) dengan nomer 0812 - 92xx 312 (xx itu angka kembar lho). Nomer ini saya jual waktu harga nomer (perdana) Simpati melambung tinggi dan langka.
Fasilitasnya lumayan, bisa terima SMS dan roaming nasional. Saat itu roaming masih bayar 2500 per menit (pembulatan per menit). Betapa tekor nya saya waktu interview di Bandung. Terima teleponnya cuma 10detik, tapi pulsa berkurang Rp 2500 !!.
Status Pulsa up-to-date, abis pake langsung ngurang. Beda banget ama Mentari yang beberapa bulan kemudian Launch, abis telepon lama, pulsa ngurangnya ntar-ntar aja hihihi.
Sekarang Telkomsel sudah tidak memasarkan Simpati Nusantara (0812), mungkin prefix-nya udah abis. Yang dipasarkan sekarang Simpati Hoki (0813) yang gak tau hoki dari mana, dan Kartu As (0852).

Kartu Prabayar proXL milikku

tulisan ini pindahan dari : http://indsan.multiply.com/reviews/item/2

proXL ini kartu GSM keduaku. Karena tergiur ama pendeknya angka (10 digit doang!!), kulepas Simpati dan kupakai proXL 0818-766xxx ini.
Banyak yang bilang, kalau proXL bagus di Jakarta dan jeblok di luar.
Yang aku alami, di Jakarta juga jeblok. Bayangkan aja kantorku (dulu, di lt 24) di atas kantor EXCELCOM, di Menara Rajawali Jakarta, tapi sinyalnya timbul-ilang-timbul-ilang. Kalo terima telepon, musti teriak-teriak dan dieja pelan-pelan. Baterai yg biasanya abis 3 hari, cuma abis dalam 1,5 hari saja.
Yang bikin kuciwa, pulau Jawa pun tak tercover semua. Tahun 2000an, aku "piknik" ke Pangandaran dan akulah satu-satunya "pembawa bendera" proXL. Ternyata, aku juga lah satu-satunya yang HP gak ada sinyalnya dari tanjakan Nagrek sampai Pangandaran!!
Sepulang dari Pangandaran, kubeli satu Mentari untuk cadangan. Ternyata pegang 2 nomer prabayar, HP cuma satu itu bikin pusing.
Terjadilah "tragedi isi ulang xl".
Dua (2) hari terakhir sebelum masa tenggang berakhir, mau isi ulang pulsa via 123 (dulu belum ada cara lain), dibilang sistem lagi error. Telp ke 818 (customer service) katanya nomer bapak udah dicatat, nanti dikasih dispensasi. Pas hari H-nya, 0818ku udah gak bisa dipakai, alias hangus. Telp ke 818 lagi, dibilang emang udah hangus (lhaa!!!). Akhirnya kutulis email, dan sebar ke semua orang, tembusan ke customer service-nya XL. Eh, lha kok dengan cara gini, nomerku bisa hidup lagi (berkat bantuan dari Cust Service manager-nya).

Terlepas dari nightmare di atas, yang bikin aku gak bisa lepas XL ini (walaupun jarang hidup juga), fasilitasnya. M-BCAnya, bisa transfer (yg Matrix-ku cuma bisa cek saldo & transaksi doang). Pertama kaliku dapat hadiah Siemens C35i, proXL ternyata sudah bisa WAP via CSD (tekor juga sih). Fasilitas Where-r-U, pertama kali kudapat dari operator ini. Operator lain beberapa TAHUN kemudian !! Fasilitas lainnya lumayan banyak... kecuali COVERAGE-nya sihh...
Yang bikin demen, proses di XL-Center-nya itu lho... cepet & simpel. Bandingin aja ama 2 operator GSM lain yang lebih raksasa...

Kalau pake HPnya cuma di kota-kota gede aja, XL bisa lah... bebas roaming nasional lagi (kecuali yg gak tercover, hehehe...).